Penulisanku

Cerpen: Jatuh Cinta

Malam telah berlangkah jauh. Beberapa jam lagi, matahari akan tiba menemani bumi.

Septhi masih belum dapat memejamkan mata. Gelisah. Itu yang sedang dirasakannya. Kecupan yang diberikan siang tadi membuatnya tak dapat memejamkan mata.

“Apakah ini yang disebut sedang jatuh cinta?” batin Septhi.

Ia, sejak pindah ke sekolah baru, mulai merasakan adanya getaran dalam hati saat menatap wajah seorang teman kelasnya.

Ketika pujaan hatinya datang ke tempat duduknya karena diminta guru matematika untuk menjelaskan materi tentang logaritma, Septhi salah tingkah. Putri, teman duduknya hanya tersenyum dan mencubit lengan kirinya.

“Putri, sepertinya aku jatuh cinta padanya,” bisik Septhi setelah pujaan hatinya kembali ke tempat duduk. Mendengar itu, Putri hanya tersenyum.

 

 

“Apa yang harus aku lakukan besok,” Septhi kembali gelisah.

Siang tadi, setelah selesai pelajaran penjas, Septhi dan Rafel, pujaan hatinya berpapasan di teras. Dan dengan cepat, Rafel mengecup keningnya.

“Aku pun jatuh cinta padamu,” kata Rafel. Mendengar itu, Septhi kebingungan. Saat hendak bertanya, Rafel telah berlangkah ke ruang ganti pria.

“Apakah kamu mengatakan sesuatu pada Rafel?” Septhi bertanya pada Putri dalam perjalanan pulang sekolah.

“Ia. Lebih baik disampaikan, daripada tidak, bukan?”

“Terima kasih, Putri,” Putri hanya tersenyum.

 

“Ah, aku harus memejamkan mata ini. Yang terjadi besok biarlah terjadi. Bukankah ini indah?”

Saat hendak memejamkan mata, pintu kamarnya di dobrak.

“Bangun Septhi, jika tidak kamu terlambat ke sekolah hari ini”

“Suara ibu?”.

Septhi sontak mengangkatkan tubuhnya. Dilihatnya jam dinding di meja belajar. Pukul 06.45.

“Aduh…” jeritnya seraya menepuk jidat.

“Aku tidak boleh terlambat. Tidak boleh. Mulai hari ini” Tegasnya dalam hati penuh senyum bahagia seraya melangkahkan kaki ke kamar mandi.

 

sumber gambar: liputan6.com

 

Salverius Jagom

Guru Fisika Di SMA Negeri 2 Nubatukan